AS Tingkatkan Operasi Penangkapan Warga Iran di Tengah Meningkatnya Ancaman Teror Pasca-Serangan Situs Nuklir

 

Amerika Serikat melakukan serangkaian penangkapan terhadap sejumlah warga negara Iran sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman teror setelah serangan udara AS yang menghantam tiga fasilitas nuklir di Iran pekan lalu.

Dilaporkan oleh NBC News, sebanyak 11 warga Iran yang diduga memiliki catatan kriminal atau terkait aktivitas terorisme dan tinggal secara ilegal di AS ditangkap pada akhir pekan lalu. Penangkapan ini bertepatan dengan eskalasi ketegangan pasca-serangan AS.

Selain itu, aparat Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) juga menahan seorang warga negara AS yang diduga melindungi salah satu warga Iran tersebut. Orang ini bahkan dilaporkan mengancam petugas ICE.

Sebelumnya, Iran telah memperingatkan akan melakukan serangan balasan menggunakan “sel tidur” di Amerika Serikat sebagai reaksi atas serangan militer tersebut. Namun, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) menyatakan hingga kini belum ada ancaman yang dianggap kredibel di wilayah AS.

Dalam perkembangan terkait, seorang pengacara imigrasi di New York, Farzad Siman, menyatakan bahwa kliennya, seorang warga Iran yang telah memperoleh status suaka karena alasan agama, juga ditahan tanpa penjelasan jelas. Kasus ini memicu kekhawatiran atas penahanan yang dianggap tidak berdasar.

Asisten Menteri Keamanan Dalam Negeri, Tricia McLaughlin, mengonfirmasi bahwa DHS tengah berupaya keras mengidentifikasi dan menangkap teroris serta ekstremis kekerasan yang memasuki AS secara ilegal. Dari 11 warga Iran yang ditangkap, lima di antaranya memiliki rekam jejak kriminal, termasuk kasus pencurian, kepemilikan narkoba, dan senjata api.

Salah satu yang ditahan adalah Ribvar Karimi, mantan penembak runduk Angkatan Darat Iran yang masuk AS lewat visa tunangan namun belum menyesuaikan statusnya, sehingga dapat dideportasi.

Di sisi lain, FBI meningkatkan pengawasan terhadap ancaman yang berasal dari Iran pasca-serangan ke situs nuklir. Agen-agen khusus di berbagai kota besar AS kini fokus pada kontra-terorisme, kontra-intelijen, dan keamanan siber yang berkaitan dengan Iran. Beberapa operasi imigrasi ditunda agar sumber daya dapat dialihkan untuk tugas keamanan nasional.

Iran sendiri membalas serangan AS dengan meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar, meskipun tanpa menimbulkan korban jiwa. Sementara itu, gencatan senjata antara Iran dan Israel mulai berlaku, meski kekhawatiran akan potensi balasan teror di AS tetap tinggi.

Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan peningkatan risiko ancaman, terutama dari kelompok teroris asing yang menyerukan aksi kekerasan terhadap kepentingan AS.

Sejarah menunjukkan beberapa upaya serangan yang diduga terkait dengan Iran di dalam wilayah AS, seperti rencana pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump dan tokoh-tokoh lain, serta upaya pembunuhan aktivis Iran-Amerika.

Peningkatan kewaspadaan dan koordinasi antara FBI, DHS, dan aparat penegak hukum lokal menjadi langkah penting dalam menghadapi potensi ancaman ini.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×