Iran Tegaskan Tidak Ada Rencana Perundingan dengan AS: Tidak Ada Kesepakatan yang Dibuat
June 27, 2025

Teheran, Iran – Iran dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk melanjutkan perundingan dengan Amerika Serikat (AS) pada minggu depan, bertentangan dengan klaim Presiden AS, Donald Trump, yang sebelumnya menyebutkan bahwa Washington berencana mengadakan pembicaraan dengan Teheran.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menegaskan bahwa pihaknya sedang mengevaluasi apakah perundingan dengan AS akan sesuai dengan kepentingan negara tersebut. Araqchi juga menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi pada fasilitas nuklir Iran, akibat serangan militer AS baru-baru ini, cukup signifikan, menambah kompleksitas dalam hubungan kedua negara.
Tidak Ada Janji atau Kesepakatan
Menanggapi pernyataan Trump yang menyebutkan kemungkinan pembicaraan dengan Iran, Araqchi menyatakan kepada saluran berita pemerintah Iran, IRINN, bahwa “Tidak ada kesepakatan yang telah dibuat untuk melanjutkan negosiasi. Kami tidak memberikan janji apa pun, dan tidak ada pembicaraan yang dilakukan mengenai hal ini.”
Pernyataan ini datang setelah Trump mengungkapkan kepada wartawan pada Rabu (25/6/2025) bahwa AS berencana untuk bertemu dengan Iran pada minggu depan guna membahas potensi kesepakatan nuklir. Namun, Trump juga mencatat bahwa ia tidak yakin apakah perjanjian semacam itu diperlukan, mengingat ia percaya bahwa AS telah berhasil menghancurkan kemampuan nuklir Iran.
Ketegangan yang Masih Memuncak
Perkembangan ini terjadi setelah serangan militer yang dilancarkan oleh AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Sabtu, 21 Juni 2025. Fasilitas yang diserang meliputi Fordow, Natanz, dan Isfahan—yang dikenal sebagai pusat pengayaan uranium. Trump menyatakan di media sosial bahwa serangan tersebut berhasil menghancurkan infrastruktur nuklir Iran secara signifikan, meskipun laporan intelijen menunjukkan bahwa persediaan uranium yang diperkaya Iran tetap utuh.
Namun, Teheran menanggapi serangan itu dengan keras. Iran menilai bahwa kerusakan pada situs-situs nuklir tersebut memang cukup besar, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Araqchi juga menyatakan,
“Serangan terhadap fasilitas kami adalah provokasi yang jelas. Namun, kami akan tetap melanjutkan kebijakan kami dengan penuh kewaspadaan dan menjaga kemampuan nuklir kami sesuai dengan hak internasional kami.”
Perspektif Trump tentang Perundingan
Dalam konferensi pers di Den Haag, Presiden Trump menyebutkan bahwa ia merasa tidak perlu untuk mencapai kesepakatan formal dengan Iran, meskipun ia terbuka untuk pertemuan. “Kami akan berbicara dengan mereka minggu depan. Mungkin kami akan menandatangani dokumen, tapi saya tidak terlalu yakin itu diperlukan,” ujarnya.
Trump menekankan bahwa tujuan AS adalah untuk memastikan bahwa Iran tidak akan mengembangkan senjata nuklir, dan ia percaya bahwa serangan militer AS telah berhasil mengurangi ancaman nuklir dari negara tersebut. Meski demikian, Trump juga mengakui bahwa negosiasi langsung dengan Iran bisa menjadi pilihan, dengan harapan Iran bersedia terlibat dalam pembicaraan tanpa perantara.
Risiko Ketegangan yang Berkepanjangan
Ketegangan antara kedua negara masih tinggi, meskipun ada pernyataan dari sejumlah negara internasional yang menyerukan deeskalasi. Di tengah situasi ini, Iran menegaskan bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan perundingan tanpa ada perubahan substansial dalam kebijakan AS yang dirasa menguntungkan bagi kepentingan nasional Iran.
Trump sebelumnya juga sempat menyatakan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum meningkatnya ketegangan baru-baru ini di Timur Tengah memang memiliki potensi, namun ia juga menyebutkan bahwa kesepakatan nuklir mungkin tidak akan dicapai tanpa adanya komitmen konkret dari Iran.
Harapan Ke Depan
Meskipun hubungan diplomatik antara AS dan Iran tampak semakin tegang, baik Teheran maupun Washington masih menunjukkan ketertarikan untuk menjajaki kemungkinan pembicaraan. Namun, Iran menekankan bahwa kesepakatan nuklir hanya bisa tercapai jika ada jaminan bahwa kepentingan negaranya akan dihormati, tanpa adanya tekanan eksternal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip internasional.